Di tengah maraknya isu kesehatan mental di kota-kota besar, sebuah pertanyaan besar muncul: apakah kota kita benar-benar dirancang untuk manusia?
20 Juli 2025—Menjawab keresahan itu, Dr. Ir. Tri Mulyani Sunarharum, S.T., dosen sekaligus peneliti dari Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik UGM, menggugah kesadaran publik dalam forum diskusi nasional bertajuk Transforming Cities Through Intergenerational Resilience: Integrating Eco-Wellbeing and Social Equity as Pathways to Sustainability. Acara yang diinisiasi oleh I AM OKAY X UNA Indonesia ini berlangsung melalui Zoom dan menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang disiplin yang memiliki perhatian pada pembangunan kota berkelanjutan.
Dalam pemaparannya, Bu Yani mengangkat topik Human-Centered Design & Urban Mental Well-being, yang dibagi menjadi beberapa subjudul, di antaranya human-centered design; urban planning as a determinant of health and well-being; public health, planning, and neuro-urbanism; quality public spaces; hingga recommendations for healthier cities and communities. Setiap bagian disampaikan secara sistematis dengan menghubungkan teori, studi kasus global, serta tantangan yang dihadapi kota-kota di Indonesia. Materi ini membuka perspektif baru mengenai bagaimana desain dan perencanaan kota dapat menjadi instrumen penting dalam meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan masyarakat urban.
Dalam forum yang menghadirkan beberapa pembicara ini, pun diadakan sesi diskusi panel dan tanya jawab. Diskusi panel bersama Bu Yani dengan topik Rethinking the City: Why Resilience Needs People at the Centre, berlangsung lancar dan interaktif.
Topik yang disampaikan Bu Yani memiliki keterkaitan kuat dengan sejumlah poin SDG (Sustainable Development Goals), di antaranya:
- SDG 3 – Good Health and Well-being: menekankan pentingnya kesehatan mental dalam tata kota;
- SDG 10 – Reduced Inequalities: memperjuangkan kesetaraan akses terhadap ruang yang aman dan sehat, terutama bagi kelompok rentan;
- SDG 11 – Sustainable Cities and Communities: melalui desain ruang publik inklusif dan ramah bagi semua kelompok usia;
- SDG 13 – Climate Action: mengaitkan pentingnya eco-wellbeing dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di perkotaan.
Forum ini menjadi pengingat bahwa kota tidak hanya dibangun oleh beton dan aspal, tetapi juga oleh rasa aman, nyaman, dan keterhubungan sosial antarwarganya. Melalui pendekatan intergenerasional dan kolaboratif lintas sektor, seperti yang dibawa dalam diskusi ini, harapannya praktik perencanaan kota ke depan akan semakin berpihak pada kesehatan menyeluruh masyarakat urban, baik secara fisik, mental, maupun ekologis.
Berita oleh Rindi Dwi Cahyati