Pasca erupsi Gunung Merapi yang begitu dahsyat di perbatasan Yogyakarta dan Magelang ditandai dengan awan panas yang meluluh lantahkan beberapa dusun yang ada di lereng gunung merapi serta turunnya hujan abu selama 4 hari hingga dikabarkan mencapai Jawa Barat. Begitu pula dengan UGM, universitas yang secara geografis letaknya berada di Kabupaten Sleman ini, beberapa waktu lalu juga terkena hujan abu merapi. Sebagai wujud pengabdian masyarakat, Universitas Gadjah Mada memiliki keinginan untuk berkontribusi dalam rangka proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi Merapi. Rencana ini sudah dirapatkan sejak tiga hari pasca letusan hebat Merapi hari jumat lalu (29/10). Beberapa ahli (multidisiplin) di berbagai bidang sudah dikumpulkan untuk bekerja sama melaksanakan rencana ini. Tak terkecuali dari bidang Arsitektur dan Perencanaan.
Melalui wawancara singkat dengan Ibu Yori Herwangi, salah seorang dosen prodi Perencanaan Wilayah dan Kota yang juga anggota tim tata ruang untuk rencana ini, redaksi MADING SKI mendapat beberapa informasi terkait proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana merapi Yogyakarta. Tim Arsitektur dan perencanaan kali ini terbagi menjadi dua tim dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi yaitu “Tim Bapak Ika Putra” dari Arsitektur yang menangani masalah shelter dan infrastruktur (sarana fisik) serta “Tim Bapak Sudaryono” dari Prodi PWK yang menangani masalah tata ruang. Tim ini melibatkan seluruh tenaga pengajar di Jurusan Arsitektur dan Perencanaan (JUTAP) dan beberapa mahasiswa S-2 Magister Perencanaan Kota dan Daerah (MPKD). Selain itu, tim Jurusan Arsitektur dan Perencanaan (JUTAP) juga bekerja sama dengan tim Geologi dan Geofisika terkait masalah pembuatan zona bahaya dan zona aman yang nantinya dapat dijadikan acuan untuk tempat tinggal masyarakat korban erupsi merapi.
Menurut Ibu Yori mengenai daerah rencana yang akan di rehabilitasi dan direkonstruksi, akan ditetapkan pada tanggal 3 Desember 2010. JUTAP merencanakan semua daerah yang rusak dapat dibantu, yakni daerah di Kabupaten Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali. Tetapi hal ini belum dibicarakan secara resmi dengan pemerintah daerah ke empat kabupaten tersebut. “Jadi rencana ini masih belum benar-benar selesai di telaah secara mendalam, belum rampung digodog”, tutur Beliau. Dilain hal survey daerah pun belum ada tanda dilakukan mengingat kondisi merapi saat ini yang belum dipastikan aman.
Mengenai jangka waktu proses rehabilitasi dan rekonstruksi, Ibu Yori menjelaskan bahwa untuk mengembalikan seperti sedia kala, kira-kira memakan waktu sekitar dua tahunan. Terutama untuk memulihkan kondisi perekonomian masyarakatnya. Permasalahan dana yang tentunya tidak sedikit, Jurusan membantu untuk keperluan administrasi, tetapi untuk kebutuhan survey, pembuatan prototype shelter pengungsi, pembuatan peta, dan sebagainya, didanai secara sukarela dari pihak tim sendiri. Sedangkan dalam implementasinya di lapangan seperti pembuatan shelter pengungsi sungguhan dan lain sebagainya, Universitas Gadjah Mada akan berkoordinasi dengan alumni dan beberapa pihak untuk pengadaan dananya.
Walaupun secara detail mekanisme rehabilitasi dan rekonstruksi pengungsi ini tidak bisa dijelaskan kepada masyarakat umum sebelum adanya kesepakatan. Pada intinya para pengungsi akan dikembalikan sesuai dusun mereka masing-masing (tidak dicampur dengan dusun lain, mengingat kekerabatan dusun yang dulu sudah terjalin dengan baik). Tetapi jika itu tergolong daerah zona bahaya maka masyarakat akan dipindah ke daerah asal mereka atau dipindah ke daerah lain yang tidak jauh dari desa mereka dan memiliki kualitas wilayah yang lebih aman.
Lalu bagaimana jika mahasiswa S-1 ingin bergabung dalam tim ini? “Tentu saja boleh, terutama untuk keperluan survey. Jika nanti dibutuhkan untuk keperluan survey maka akan dibuat open recruitmen tim surveyor. Tetapi dalam hal ini tim surveyor harus konsisten, karena pekerjaan ini sifatnya sukarela, tidak boleh setengah-setengah dalam pelaksanaannya.” Tutur Bu Yori saat mengakhiri wawancara singkat ini di ruang kerjanya. Jadi jika ingin berkontribusi dengan mengaplikasikan ilmu yang di dapat di ruang kuliah, teman-teman baik Arsitektur maupun PWK dapat bergabung dalam tim surveyor ini. Melakukan dengan ikhlas dan konsisten, karena yakinlah Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Amin ya Rabbal Alamin.[nrs/mdl]
Taken from: SKI Al-Banna Archiplan