Lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada mengikuti ASEAN University Student Confrence 2009. Para mahasiswa tersebut adalah Mohtar Dwi Purnomo (Sastra Arab, 2006), Rizqima Nur Aini Dewi (Psikologi, 2006), Prima Kharismanita (Sastra Inggris, 2005), Ari Cahyono (Geografi, 2005), dan Bahtiar Yudhi Prabowo (Biologi, 2005).
Konferensi tersebut mempertemukan mahasiswa, pemimpin muda, pemerintah, dan NGO yang peduli terhadap isu-isu budaya. Kegiatan yang mengangkat tema “Enriching and Preserving our Cultural Heritage” berlangsung selama empat hari, 20-24 Mei 2009 di Bandung. Konferensi yang dibuka oleh Menpora Dr. Adhyaksa Dault, M.Si., juga dirangkai dengan berbagai kegiatan, mulai dari Country Report, pentas seni berbagai suku bangsa di Indonesia dan berbagai negara ASEAN, focus group discussion (FGD), working group discussion, plenary session, hingga field trip. Sebagian besar kegiatan diadakan di Gedung Merdeka, gedung yang memiliki sejarah kuat dalam mempersatukan bangsa-bangsa dalam Konferensi Asia Afrika.
“Saat pentas seni, mahasiswa UGM menampilkan seni musik tradisional yang mengkolaborasikan saron, kentongan, dan rebana, dengan judul Tunggal Bangsa. Pesan dari pentas yang dibawakan ini adalah meski peserta dari berbagai suku bangsa dengan berbagai karakter, tapi tetap satu jua, yaitu satu kesatuan ASEAN seutuhnya,” ujar Rizqima Nur Aini Dewi, Selasa (26/5), di kampus UGM.
Dijelaskannya bahwa kelima duta UGM di konferensi tersebut adalah mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam program Sahabat Percepatan Peningkatan Mutu Pendidikan (SP2MP) angkatan 2007 PPKB UGM. Keikutsertaan di ASEAN University Student Confrence 2009 merupakan bentuk peran aktif dalam kegiatan kepemudaan dan pelestarian budaya nusantara.
Nur Aini juga mengabarkan bahwa kegiatan tersebut mendapat antusiasme tinggi dari anggota negara ASEAN, terbukti dengan jumlah pendaftar yang mencapai lebih dari 500 orang. Namun, karena quota peserta dibatasi oleh panitia, hanya 180 peserta yang hadir. Lebih lanjut ia merinci, 100 peserta dari Indonesia dan 80 peserta dari anggota ASEAN lainnya, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Kamboja, Lao PDR, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Myanmar.
“Sedangkan Timor Leste dan Papua New Guinea turut berpartisipasi pula dengan menjadi observer dalam kegiatan ini,” terangnya.
Selanjutnya, ia mengatakan dalam gelaran FGD terbagi atas tiga komisi yaitu The Role of Youth on Preserving and Enriching the Cultural Heritage, Optimising Cultural Heritage for National & Industry Development, dan the Role of ASEAN on Preserving and Enriching the Cultural Heritage. Delegasi UGM turut berperan aktif dalam masing-masing komisi. Hasil FGD berupa Joint Statement “The Voice of ASEAN Students to Enrich and Preserve Cultural Heritage in the Daily Life”, yang merupakan rekomendasi kepada ASEAN Summit sebagai wujud nyata dukungan pemuda dalam pewujudan ASEAN Community 2015.
“Manfaatnya dari kegiatan ini jelas, kita saling berbagi informasi seni budaya antarbangsa, saling menghargai dan mengakui seni budaya bangsa, baik tangible atau intangible, sebagai kekhasan suatu bangsa. Dengan demikian, mendukung adanya multikulturalisme, dan juga mempererat rasa persaudaraan di antara anggota ASEAN,” ujar Nur Aini menutup perbincangan. (Humas UGM)