“Rumah sakit bukan lagi sekadar tempat berobat, melainkan ruang hidup yang cerdas dan ramah lingkungan.” Kalimat itu seakan menjadi benang merah dalam workshop yang digelar Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Wilayah Jawa Tengah. Acara berlangsung pada Jumat, 29 Agustus 2025, di Hotel Grand Mercure, Solo Baru. Workshop ini mengangkat tema besar Transformasi Bisnis Rumah Sakit Indonesia di Era Perubahan yang relevan dengan tantangan fasilitas kesehatan masa kini.
Ir. Ar. Adi Utomo Hatmoko, M.Arch., IAI., AA., hadir sebagai narasumber utama dalam acara tersebut. Beliau membawakan materi bertajuk Smart & Green Hospital yang memaparkan bagaimana rumah sakit dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Topik ini menjadi sorotan karena menggabungkan aspek keselamatan, teknologi, dan keberlanjutan dalam satu pendekatan desain.
Dalam pemaparannya, Pak Adi menjelaskan dasar-dasar perancangan rumah sakit yang menyeluruh. Mulai dari diagram proses strategi perancangan, konsep rumah sakit, studi kelayakan, masterplan, hingga zoning ruang dijabarkan secara runtut. Ia menekankan bahwa setiap ruang di rumah sakit memiliki fungsi khusus yang tidak bisa dipisahkan dari aspek keselamatan dan kenyamanan pasien.
SMART dalam istilah Smart Hospital merujuk pada lima pilar penting: Selamat, Mutu, Aman, Ramah, dan Terjangkau. Kelima prinsip ini dipadukan dengan konsep green design untuk menghadirkan rumah sakit yang lebih efisien dan berpusat pada pasien. Hal ini mencakup patient-centered care, peralatan diagnosis mutakhir, pemanfaatan AI, sistem komunikasi yang solid, hingga infrastruktur berkelanjutan yang cerdas.
Tidak hanya teori, Pak Adi juga menyuguhkan berbagai studi kasus rumah sakit hasil rancangan timnya. Studi tersebut membantu peserta workshop memahami implementasi nyata konsep smart & green hospital. Dengan contoh konkrit, peserta lebih mudah membayangkan bagaimana prinsip-prinsip desain dapat diterapkan dalam praktik.
Beliau juga memaparkan regulasi yang menjadi dasar perancangan rumah sakit ramah lingkungan. Beberapa di antaranya adalah Pedoman Rumah Sakit Ramah Lingkungan (Kemenkes, 2018), Pergub DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2012 tentang Bangunan Hijau, dan Permen PUPR Nomor 02 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung Hijau. Regulasi tersebut menjadi pijakan penting agar desain rumah sakit tetap sejalan dengan standar pemerintah.
Sesi diakhiri dengan diskusi menarik tentang arsitektur hijau. Bahasan meliputi strategi desain rumah sakit, integrasi dengan iklim dan tapak, efisiensi energi, hingga pengelolaan air yang lebih bijak. Diskusi juga menyinggung studi kasus internasional seperti Mayo Clinic yang dapat menjadi inspirasi bagi pengembangan rumah sakit di Indonesia.
Melalui pemikiran dan karyanya, Pak Adi menegaskan bahwa konsep smart & green hospital sejalan dengan pencapaian SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, SDG 11: Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, serta SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim. Dengan mengintegrasikan teknologi, efisiensi energi, dan prinsip ramah lingkungan dalam desain rumah sakit, ia berkontribusi nyata pada pembangunan kesehatan yang berkeadilan sekaligus berkelanjutan. Pak Adi menunjukkan bahwa smart & green hospital bukan sekadar tren, melainkan strategi nyata untuk menjawab tantangan kesehatan global. Rumah sakit bisa menjadi ruang yang bukan hanya menyembuhkan, tapi juga menyelamatkan masa depan.
Berita oleh Rindi Dwi Cahyati