Perkembangan urbanisasi yang pesat di Asia Tenggara menuntut adanya pengelolaan air yang lebih berkelanjutan. Menjawab tantangan ini, PolyUrbanWaters hadir sebagai proyek penelitian dan pengembangan yang didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Penelitian Republik Federal Jerman (BMBF). Program ini melibatkan institusi akademik, pemerintah daerah, lembaga pemerintah nasional, masyarakat sipil, dan sektor swasta dari Indonesia, Kamboja, Laos, Thailand, Vietnam, dan Jermanuntuk menerapkan pendekatan polisentris dalam pengelolaan air perkotaan.
Membangun Kota yang Ramah Air
Program PolyUrbanWaters bertujuan untuk mengembangkan model pembangunan perkotaan yang berfokus pada pengelolaan air yang sesuai dengan realitas dan kebutuhan kota-kota yang berkembang pesat. Dengan mengadopsi pendekatan polisentris, program ini menekankan solusi berbasis komunitas dan sistem desentralisasi guna meningkatkan keberlanjutan sumber daya air.
Saat ini, PolyUrbanWaters telah diterapkan di tiga kota percontohan di tiga negara berbeda, termasuk Sleman, Indonesia. Sejak 2018, program ini telah bekerja sama dengan berbagai mitra lokal untuk menciptakan perubahan nyata.
Perjalanan Program di Sleman, Indonesia

Sejak diimplementasikan pada 2018, program ini telah dilaksanakan di Kelurahan Sariharjo, Kabupaten Sleman, yang dipilih sebagai lokasi percontohan. Beberapa penelitian kunci yang telah dilakukan meliputi:
- Baseline Study 2023 di Kelurahan Sariharjo yang mengidentifikasi tantangan utama dalam pengelolaan air.
- Vision Building Study 2024 di Padukuhan Rejodani, yang menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan kota yang ramah air.
Langkah Selanjutnya: 2025 dan Masa Depan
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, PolyUrbanWaters akan melakukan seleksi terhadap satu padukuhan di Sariharjo yang memiliki kemauan dan kapasitas untuk menerapkan pengelolaan air yang berkelanjutan.
Dari Maret hingga Mei 2025, akan dilakukan Baseline Study di padukuhan terpilih yang memiliki sekitar 2.000 jiwa penduduk. Hasil studi ini akan menjadi dasar untuk proses perumusan visi dan jalur transisi, yang akan berlangsung dari Agustus 2025 hingga Juli 2027.
Dengan pendekatan yang berbasis penelitian, kolaborasi, dan keterlibatan masyarakat, PolyUrbanWatersberkomitmen untuk menciptakan kota yang lebih ramah air dan berkelanjutan di Asia Tenggara. Program ini tidak hanya membawa dampak lokal, tetapi juga berpotensi menjadi model pembangunan perkotaan yang dapat diterapkan di berbagai kota lain di dunia.
