Selasa, 6 Mei 2025 – Program Studi Arsitektur Universitas Gadjah Mada kembali mengadakan kelas kolaboratif dalam mata kuliah Sustainable Material and Construction, menghadirkan narasumber internasional pada sesi Expert Talk – Sustainable Construction Materials: Rubberised Interlocking Bricks. Kelas ini digelar pukul 10.00-12.00 WIB secara daring, menghadirkan Assoc. Prof. Ir. Bashar S. Mohammed dari Department of Civil and Environmental Engineering, Universiti Teknologi PETRONAS, Malaysia, sebagai pembicara utama.
Kegiatan ini merupakan inisiatif dari dosen pengampu, Dr. Yani Rahmawati, S.T., M.T., dan bertujuan memperkaya wawasan mahasiswa arsitektur mengenai alternatif material bangunan yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab kepada lingkungan. Inisiatif ini juga menjadi bentuk nyata kontribusi akademik terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), khususnya SDG 12: Responsible Consumption and Production serta SDG 13: Climate Action.
Dalam kuliah tamu ini, Prof. Bashar mengupas tuntas mengenai rubberised interlocking bricks—sebuah inovasi material konstruksi yang memanfaatkan karet daur ulang, khususnya dari ban bekas, yang dicampurkan dengan agregat beton untuk menciptakan produk bangunan yang kuat, tahan lama, dan ramah lingkungan. Dalam kelas, dijelaskan materi mencakup proses pembuatan, hasil pengujian material, serta perbandingan performa antara beton konvensional dan rubbercrete (beton berbahan karet).
Ide penggunaan karet ban bekas muncul sebab faktanya, ban bekas dapat menimbulkan berbagai masalah baru di lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik, seperti tidak mudah terurai, sampahnya memenuhi lingkungan sebab bentuknya yang tidak solid (memiliki lubang) yang kerap kali menjadi sarang tikus atau nyamuk, serta merupakan bahan yang dapat mengandung racun. Teknologi material inovatif ini tidak hanya mengurangi beban limbah padat di lingkungan, tetapi juga membuka peluang besar dalam menciptakan sistem konstruksi yang lebih modular dan hemat energi, berkat fitur interlocking yang memungkinkan pemasangan tanpa mortar. Berdasarkan data dari World Economic Forum (2023), lebih dari 1 miliar ban bekas dihasilkan setiap tahun di dunia, dengan mayoritas berakhir di tempat pembuangan akhir atau dibakar—yang mana berkontribusi pada pencemaran udara dan pelepasan emisi karbon. Pemanfaatan karet daur ulang dalam konstruksi menawarkan solusi konkret terhadap permasalahan ini.
Pemanfaatan material bekas pada sektor kontruksi sejalan dengan prinsip SDG 12: Responsible Consumption and Production, melalui penekanan pada ppentingnya siklus hidup produk dan pengurangan limbah. Selain itu, melalui pemaparan materi di kelas, mahasiswa diharapkan menjadi tertantang untuk berpikir kritis dan kreatif terkait potensi bahan di sekitar yang dapat dikembangkan dalam bentuk solusi desain berkelanjutan. Lebih jauh lagi, penggunaan material inovatif ini memberikan wawasan dan kesadaran pada mahasiswa bahwa masalah iklim dunia dapat diatasi salah satunya melalui desain berkelanjutan. Sejalan dengan SDG 13: Climate Action, dengan menggunakan material daur ulang, emisi karbon dari proses produksi bahan dapat ditekan secara signifikan.
Program Studi Arsitektur UGM berkomitmen untuk melanjutkan tekad Pendidikan arsitektur berkelanjutan dan berperan aktif dalam mendukung agenda global untul masa depan yang lebih hijau. Melalui kelas ini, mahasiswa bukan hanya diajak mengetahui aspek teknis dari material berkelanjutan, tetapi juga diharapkan mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat ke dalam praktik desain arsitektur. Harapannya, semangat mahasiswa bukan hanya untuk membuat desain yang estetik dan sesuai prinsip struktur, tetapi juga yang memperhatikan kelangsungan hidup dalam ekosistem.
Berita oleh Rindi Dwi Cahyati


