
Ir. Adi Utomo Hatmoko, M.Arch. selaku dosen Arsitektur Fakultas Teknik UGM sekaligus praktisi arsitek professional turut ambil bagian dalam Talk Series ARCH:ID 2025, pameran arsitektur tahunan yang dilaksanakan pada Minggu, 11 Mei 2025 di ICE BSD Tangerang. Dalam sesi yang berlangsung pada 14.30-15.30 WIB di Alun-alun 2 dengan tema “Design for Healing: Hospital & Healthcare Facility Design”, Pak Adi membagikan wawasan dan pengalamannya dalam merancang fasilitas kesehatan yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan lapangan. Gelaran tersebut dihadiri berbagai praktisi, mahasiswa arsitektur, serta masyarakat umum dari berbagai daerah.
Pada bagian pertama, Pak Adi mengajak audiens untuk memahami dasar-dasar perancangan fasilitas kesehatan (basic healthcare design). Diawali dengan paparan terkait dasar desain yang tentunya akan sangat terkait dengan jasa medis yang disediakan, kebutuhan pasien, fungsi dan karakter ruang, anggaran dan alokasi besaran ruang, serta keadaan sumber daya manusia dan peralatannya. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan konsep umum pada proses perancangan fasilitas kesehatan. Dalam paparannya, disampaikan bahwa desain rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya wajib mendukung kenyamanan, keamanan, dan higienitas yang berkontribusi pada peningkatan kualitas layanan kesehatan dan keselamatan pasien serta tenaga medis yang mendukung SDG 3: Good Health and Well-being.
Pada bagian kedua, dijelaskan terkait alur proses medis (medical processes) yang memengaruhi desain ruang. Pada bagian ini, Pak Adi menjelaskan lebih lanjut terkait program ruang dan zonasi yang efektif sesuai dengan proses medis. Desain fasilitas kesehatan wajib mendukung alur medis yang logis dan aman. Desain fasilitas kesehatan pada dasarnya dapat mengturangi risiko infeksi silang dan mempercepat penanganan pasien. Perancangan fasilitas kesehatan pun perlu disesuaikan dengan aksesibilitas dan juga efisiensi energi sehingga mendukung terbentuknya komunitas tangguh sesuai SDG 11: Sustainable Cities and Communities.
Pada bagian-bagian selanjutnya, Pak Adi memberikan berbagai studi kasus yang relevan dengan kondisi saat ini. Studi kasus diangkat dari berbagai proyek yang pernah atau sedang beliau kerjakan. Beliau membagikan pemikiran terkait desain berbagai rumah sakit yang merespon kebutuhan fungsional dan psikologis pengguna bangunannya. Berbagai sisi teknis pun disoroti terkait inovasi dalam tata letak, material bangunan, inovasi penggunaan material ramah lingkungan dan hemat energi, serta strategi desain pasif yang mengedepankan pencahayaan alami yang mendukung SDG 9: Industry, Innovation and Infrastructure serta SDG 12: Responsible Consumption and Production, yang akhirnya akan bermuara pada kontribusi perbaikan masalah iklim dunia sesuai SDG 13: Climate Action.
Kehadiran Pak Adi di ARCH:ID menunjukkan bagaimana akademisi membagikan wawasannya serta praktisi membagikan pengalamannya dalam menciptakan ruang-ruang penyembuhan yang inklusif, adaptif terhadap tantangan masa depan, dan berorientasi pada keberlanjutan. Keterlibatan arsitek dalam ranah kesehatan menjadi bukti nyata bahwa arsitektur tidak hanya soal bentuk, tetapi juga menyangkut kualitas hidup manusia dan masa depan bumi. Peran arsitek menjadi sangat vital dengan SDGs sebagai peta jalan yang relevan: membangun bukan hanya bangunan, tetapi masa depan.
Berita oleh Rindi Dwi Cahyati

