Jakarta, 18 Maret 2024 – Prof. Ir. Bakti Setiawan, M.A., Ph.D (Prof. Bobi) turut serta dalam Roundtable Discussion bertajuk Evolutionary Planning of the Capital Habitat 2045 (EPOCH 45). Acara ini diselenggarakan oleh Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro (UNDIP) bersama MARS Architects, Asian Development Bank, Van Eesteren-Fluck & Van Lohuizen Stichting, serta Kedutaan Besar Belanda. Acara ini berlangsung di Erasmus Huis, Kuningan, Jakarta Selatan.
EPOCH 45 merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari kuliah umum dan kompetisi yang membahas tentang pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai Forest City—kota yang mengharmoniskan kehidupan urban dengan ekosistem alam. Dalam diskusi ini, Prof. Bobi berdialog dengan pembicara lain, seperti Prof. Bambang Susantono (UNDIP), Dr. Myrna Asnawati Safitri dan Mia Amalia, Ph.D dari Otorita IKN, Joris van Etten (Asian Development Bank), serta Prof. Stephen Cairns (Monash University). Acara ini dimoderatori oleh Dr. Neville Mars (MARS Architects) dan Prof. Wiwandari Handayani (UNDIP).

Percakapan berlangsung dinamis, membahas bagaimana pertumbuhan ekonomi dapat berjalan selaras dengan keberlanjutan lingkungan. Salah satu yang menjadi perhatian Prof. Bobi adalah peran sektor informal dalam wajah urbanisme Indonesia. Prof Bobi menyoroti bagaimana kota-kota di Indonesia selalu berkembang melalui keseimbangan antara sektor formal dan informal, termasuk dalam perencanaan IKN. Oleh karena itu, perencanaan kota baru tidak boleh mengabaikan keberadaan informalitas.
Lebih lanjut, Prof Bobi mengingatkan bahwa meskipun informalitas sering dikaitkan dengan kondisi hidup yang kurang layak, sektor ini juga berkontribusi terhadap keberlanjutan ekonomi dan sosial. Salah satu tantangan terbesar dalam pembangunan IKN adalah mengintegrasikan sektor informal ke dalam tata kota yang telah dirancang secara terstruktur, tanpa menghilangkan fleksibilitas dan adaptabilitas yang menjadi ciri khas kota-kota di Indonesia.
Tantangan besar dalam membangun IKN adalah bagaimana memastikan kota yang terencana ini tetap bisa mengakomodasi realitas sosial masyarakat Indonesia. Sebuah kota yang dibangun untuk dua juta penduduk kelas menengah, menurut Prof. Bobi, akan menarik lebih banyak orang, termasuk kelompok yang mencari peluang ekonomi di sektor informal. Jika tidak dipikirkan sejak awal, hal ini bisa menimbulkan tantangan sosial yang kompleks.
Lebih dari sekadar membangun gedung dan infrastruktur, Prof. Bobi menekankan perlunya strategi jangka panjang untuk mengintegrasikan sektor informal secara bertahap ke dalam tata kota yang lebih terstruktur. “Ini bukan hanya soal fisik, tapi juga transformasi sosial dan ekonomi. Kita perlu pendekatan yang memungkinkan sektor informal tetap eksis, namun dalam bentuk yang lebih inovatif dan berkelanjutan,” ujar Prof. Bobi.
Diskusi ini membuka wawasan baru tentang bagaimana perencanaan Ibu Kota Nusantara (IKN) dapat mengakomodasi dinamika perkotaan yang telah lama berkembang di Indonesia tanpa kehilangan identitas sosial-ekonomi yang menjadi kekuatannya. Dengan menyoroti pentingnya keseimbangan antara sektor formal dan informal, para peserta diajak untuk melihat tantangan dan peluang yang muncul dalam membangun kota yang inklusif dan berkelanjutan.
Selain menjadi wadah diskusi, acara ini juga menjadi momen penting bagi para mahasiswa dan profesional muda melalui EPOCH45 International Planning Competition. Kompetisi ini menunjukkan bagaimana kolaborasi lintas disiplin dapat menghasilkan ide-ide inovatif bagi masa depan IKN. Tim yang terdiri dari Aisya Nazifa, Fatimah Muthi Sakinah, Tasnim Arma Fauzia (Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, UGM), serta Dwiana Putri Setyaningsih (Kartografi dan Penginderaan Jauh, UGM) berkolaborasi dengan Fathah Aulia Rizka (Arsitektur Lansekap, IPB) dalam merancang konsep inovatif mereka. Dibimbing oleh Dr. Tri Mulyani Sunarharum, S.T., IPU., Ir. Deva Fosterharoldas Swasto, S.T., M.Sc., Ph.D., IPM., dan Wirastuti Widyatmanti, S.Si., Ph.D., tim ini berhasil mendapatkan Honorable Mention (Juara Harapan). Penghargaan ini menjadi bukti bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berorientasi pada masa depan.
