Yogyakarta, 27 Mei 2025 – Program Studi Sarjana PWK UGM hadir kembali dengan agenda kuliah tamu lainnya pada 27 Mei 2025 dengan topik “Learning from Co-Designing Public Space for Environmental and Social Benefit”. Kuliah dilaksanakan secara bauran dan terbuka untuk masyarakat umum.
Kuliah tamu kali ini menghadirkan Fildzah Husna Amalina, S.PWK., M.Sc., seorang Knowledge and Learning Specialist di Kota Kita Foundation sebagai narasumber.
Narasumber menekankan bagaimana pentingnya pengaruh masyarakat atau komunitas terhadap terbentuknya kota, contohnya melalui organisasi berbasis komunitas. Kota Kita Foundation menjadi salah satunya.
Kerja sama dengan komunitas dalam membentuk kota menjadi penting agar dapat lebih memahami apa kebutuhan masyarakat. Sebab, kebutuhan masyarakat yang masih tidak terpenuhi dan tidak layak adalah fokus utama dalam pengembangan suatu kota.
Saat ini, masalah-masalah yang terjadi di perkotaan saling berkaitan. Urbanisasi yang pesat menyebabkan peningkatan dampak dari krisis perubahan iklim. Ruang-ruang publik menjadi semakin dibutuhkan, baik sebagai aset komunitas maupun untuk kebermanfaatan bagi lingkungan. Namun, tantangannya adalah, urbanisasi yang pesat terkadang melupakan pemerataan distribusi fasilitas dan infrastruktur baik secara kualitas maupun kuantitas. Belum lagi dengan pembangunan yang berorientasi profit membuat kelompok marjinal terpinggirkan dan terlupakan. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh pemerintah daerah menyebabkan penyedian ruang publik menjadi tidak inklusif.
Dengan demikian, terbentuk suatu konsep CCD (Community Center Design) yang fokus pada aspirasi masyarakat berbasis bottom-up agar solusi yang diberikan bukanlah hal yang mebguntungkan pihak sektoral formal, tetapi pihak-pihak masyarakat, dan lebih tepat sasaran. LSM dan praktisi/akademisi bekerja sama untuk memfasilitasi masyarakat sebagai upaya mengisi gap atau kesenjangan dalam penyediaan ruang publik yang inklusif melalui CCD.
Catatan penting dalam CCD adalah, keberlanjutan pendanaan, gap dalam program-program pemerintahan, serta kapasitas komunitas menjadi tantangan dan keterbatasan dalam implementasi CCD.
Terdapat kalimat penutup yang sangat menarik dari paparan materi dalam kuliah tamu ini
“Community-centric design is not just a spatial practice, it’s about creating a room for redistributing environmental and social benefit, building inclusive cities, and advancing community development through empowered participation”
Topik kuliah tamu ini selaras dengan beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB/SDGs) yaitu SDG 10 (Reduced Inequalities), SDG 11 (Sustainable Cities and Communities), SDG 13 (Climate Action), SDG 16 (Peace, Justice and Strong Institutions), dan SDG 17 (Partnership for The Goals)