Prienta, mahasiswi Double Degree di Magister Perencanaan Wilayah dan Kota (MPWK) UGM, terpilih sebagai salah satu delegasi Youth Townhall Road to Y20 Indonesia 2025 yang diselenggarakan pada 2 Agustus 2025 di Aula Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Road to Y20 Summit yang akan berlangsung di Afrika Selatan, dan menjadi forum penting untuk menghimpun suara pemuda Indonesia sebelum dibawa ke tingkat global.
Youth Townhall diinisiasi oleh Indonesian Youth Diplomacy (IYD), sebuah non-profit youth organization yang diikuti oleh Prienta dan menjadi organisasi resmi yang bertugas menyaring dan memfasilitasi pemuda Indonesia untuk terlibat dalam forum Y20 Summit, official Youth Engagement Group dalam forum G20 Leaders Summit, sekaligus Youth Focal Point untuk G20 Sherpa Republik Indonesia. Ketertarikan Prienta mengikuti kegiatan ini berawal dari tujuan kegiatannya, yaitu mendengar suara pemuda melalui diskusi kelompok terfokus dan forum konsultasi, yang kemudian dirangkum dalam communiqué dan dibawa ke Y20 Summit di Afrika Selatan. “Di sini terlihat jelas bahwa kegiatan ini bisa membawa suara anak muda dari akar rumput ke level internasional, quite literally and directly,” ungkapnya.
Pada kesempatannya mengikuti Youth Townhall, Prienta mengusulkan complementary kebijakan pengarusutamaan gender dengan infrastruktur dan fasilitas yang relevan. Kebijakan gender mainstreaming yang mendorong peningkatan peran perempuan di dunia kerja, menurutnya, perlu dilengkapi dengan fasilitas fisik. Ia mencontohkan pengadaan day care di tempat kerja, pojok laktasi di titik-titik strategis, serta toilet ramah perempuan, termasuk bagi pekerja di sektor lapangan.
Prienta mencontohkan kondisi pekerja perempuan di perkebunan sawit Kalimantan Timur yang kerap kesulitan mengakses fasilitas dasar seperti toilet. Hal ini membuat kesempatan kerja bagi perempuan di wilayah tersebut sangat terbatas dan dunia kerja menjadi didominasi laki-laki. Ia juga menambahkan perlunya daycare stationdekat kawasan kerja untuk mendukung ibu bekerja.
Topik yang diusung Prienta sejalan dengan penelitian tesisnya yang membahas pengaruh spatial inequalityseperti tingkat urbanisasi terhadap partisipasi kerja perempuan. Minat akademik yang berfokus pada isu kesetaraan gender dan perencanaan berbasis komunitas mendorongnya untuk aktif dalam forum ini. Ia menilai bahwa pendekatan partisipatif di Youth Townhall menjadi bukti nyata bahwa perencanaan kebijakan global tetap dapat melibatkan suara akar rumput, termasuk komunitas marginal.
Usulan yang dibawa Prienta memiliki keterkaitan erat dengan agenda global Sustainable Development Goals (SDGs). Pertama, ide tentang fasilitas ramah perempuan sejalan dengan SDG 5: Gender Equality, yang menekankan pentingnya kesetaraan akses dan peluang kerja bagi perempuan. Kedua, dorongan menciptakan ruang kerja yang lebih inklusif terkait erat dengan SDG 8: Decent Work and Economic Growth, karena penyediaan fasilitas yang memadai memungkinkan lebih banyak perempuan terlibat aktif dalam dunia kerja sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang adil. Ketiga, gagasannya tentang pentingnya perencanaan kota yang menyediakan fasilitas publik ramah perempuan juga mendukung SDG 11: Sustainable Cities and Communities, yang berfokus pada pembangunan kota yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
Keterlibatan Prienta dalam Youth Townhall Road to Y20 2025 menjadi bukti kontribusi nyata mahasiswa MPWK UGM dalam percakapan global mengenai kesetaraan dan keberlanjutan. Dengan membawa perspektif perencanaan dan keadilan gender ke forum internasional, Prienta menunjukkan bahwa pemuda tidak hanya menjadi penerima kebijakan, tetapi juga aktor penting dalam merumuskan masa depan pembangunan yang lebih inklusif.

