Dr. Ir. Arif Kusumawanto, M.T., IPU., dosen dari Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Universitas Gadjah Mada (UGM), baru-baru ini mempublikasikan karya ilmiah berjudul “Simulation Model of Green Open Space on Microclimate Performance in Tropical Coastal Area”. Penelitian yang telah terindeks Scopus ini bertujuan untuk mensimulasikan skenario ruang terbuka hijau guna mengurangi pemanasan dan meningkatkan kinerja iklim mikro. Topik ini juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG 11), yaitu kota dan permukiman yang berkelanjutan.
Penelitian ini melibatkan kolaborasi dengan akademisi dari berbagai institusi, termasuk:
- Hasti Widyasamratri, S.Si., M.Eng., Ph.D. (Universitas Islam Sultan Agung)
- Dr. Hj. Mila Karmilah, ST., MT. (Universitas Islam Sultan Agung)
- Afrizal Abdi Musyafiq, S.Si., M.Eng. (Politeknik Negeri Cilacap)
- Prof. TPr. Gs. Dr. Norzailawati Mohd Noor (International Islamic University Malaysia).
Hasil Penelitian
Menggunakan model numerik ENVI-met dan analisis spasial dengan ArcGIS, penelitian ini menyimulasikan tiga skenario untuk mitigasi pemanasan. Hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi seimbang antara bangunan dan vegetasi mampu menurunkan suhu udara sebesar 2,45°C hingga 3,31°C dibandingkan simulasi tanpa ruang hijau. Pada skenario lainnya, “hybrid greenery” (kombinasi hijau) bahkan mampu menurunkan suhu hingga 3,50°C dibandingkan dengan kondisi eksisting.
Kesimpulan Penelitian
Dalam penelitian ini, suhu udara dipilih sebagai parameter iklim mikro yang dikumpulkan di empat titik pengukuran, diinterpolasi untuk menyelidiki variasi spasial, dan disimulasikan menggunakan hasil skenario ENVI-met. Tiga skenario berbeda dirancang untuk memitigasi panas di area fokus. Pada hari-hari cerah, pohon dengan tinggi antara 5 hingga 15 meter dapat mengurangi suhu udara dengan mendistribusikan angin dan memberikan bayangan.
Simulasi terbaik terlihat pada skenario 2, yang memiliki komposisi seimbang antara bangunan dan vegetasi, sementara hasil terburuk diamati pada skenario 3 yang menampilkan “hybrid greenery”. Oleh karena itu, komposisi seimbang antara bangunan dan vegetasi pada skenario 2 menunjukkan kinerja yang lebih baik dalam memitigasi panas, karena kepadatan bangunan yang tinggi, pohon, dan permukaan di sekitar lingkungan terbangun memiliki pengaruh terhadap suhu udara luar.
Penelitian ini memberikan wawasan penting bagi desain kota yang lebih ramah lingkungan, dengan memprioritaskan komposisi lanskap hijau yang optimal. Selain itu, hal ini dapat menjadi referensi berharga untuk membentuk kota yang lebih hijau dan layak huni.