Prof. Ir. Bakti Setiawan M.A., Ph.D., yang akrab disapa Prof. Bobi, akademisi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, hadir sebagai narasumber dalam talkshow “Ruang-Ruang yang Menginspirasi” pada Kamis, 18 Desember 2025. Kegiatan ini berlangsung di Studio RBTV Jogja, Universitas AMIKOM Yogyakarta. Talkshow tersebut menjadi ruang diskusi publik mengenai isu penataan ruang dan pengembangan kawasan strategis di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Diskusi diarahkan pada peran Satuan Ruang Strategis (SRS) dalam menjaga dan memperkuat keistimewaan DIY, salah satunya dari perspektif perencanaan wilayah. SRS diposisikan sebagai instrumen penting yang mengintegrasikan aspek filosofis, historis, adat, sosial, dan lingkungan dalam pengelolaan ruang. Pendekatan ini menegaskan pentingnya keselarasan antara nilai budaya dan kebutuhan pembangunan wilayah.
Selain itu, pembahasan juga menyoroti berbagai tantangan dalam implementasi pengembangan SRS di DIY. Tantangan tersebut mencakup konsistensi antara perencanaan normatif, kebijakan publik, dan pelaksanaan di lapangan. Koordinasi lintas sektor serta keberlanjutan pengelolaan kawasan menjadi aspek yang perlu diperhatikan agar arah pengembangan SRS dapat berjalan sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
Talkshow ini turut mengangkat peran Buku “Ruang-Ruang yang Menginspirasi: Potret Lima Satuan Ruang Strategis di DIY” sebagai sarana komunikasi publik. Buku tersebut diharapkan mampu menjembatani dokumen perencanaan dan kebijakan dengan kebutuhan serta dinamika masyarakat di kawasan strategis perkotaan. Melalui penyajian profil kawasan, buku ini memberikan gambaran kondisi eksisting sekaligus perkembangan pengelolaan lima SRS di DIY.
Pembahasan dalam kegiatan ini selaras dengan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Pengembangan SRS mendukung SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan) melalui penataan ruang yang inklusif dan berwawasan lingkungan, SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) melalui penguatan potensi kawasan berbasis budaya dan aktivitas masyarakat, serta SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) melalui kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, dan media. Dengan pendekatan tersebut, pengembangan SRS diharapkan dapat berkontribusi pada pembangunan wilayah DIY yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Berita oleh Rindi Dwi Cahyati
