Yogyakarta, 31 Oktober 2025 – Program Studi Sarjana PWK UGM kembali mengadakan kuliah tamu dengan topik “Menuju Kawasan Industri yang Berkelanjutan: Konsep, Tata Kelola, dan Strategi Pengembangan Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang “. Kuliah tamu ini digelar secara luring dan terbuka untuk umum di Gedung DTAP, UGM. Tidak hanya berupa kuliah tamu, tetapi kegiatan ini juga berkolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (HMTPWK) UGM dalam Company Visit X MKP Perencanaan Kawasan Industri.
Kuliah tamu dengan tema industri ini mendatangkan langsung Ing. Angga Brahmana Sukma, S.T., yang merupakan Marketing & Sales Division Head di Kawasan Industri Terpadu (Batang). Angga Brahmana Sukma atau yang akrab disapa dengan Bram membagikan berbagai informasi dan wawasan menarik terkait kawasan industri dengan pembelajaran nyata dari KIT Batang.
Angga Brahmana membuka kuliah tamu dengan menyampaikan bold statement bahwa Kawasan Industri merupakan Penggerak Ekonomi Nasional. Bram menjelaskan sintesa logika ekonomi antara PDRB dengan kawasan industri, bagaimana hubungan dan dampaknya. Bram menyampaikan bahwa kawasan industri berperan sebagai motor pertumbuhan ekonomi regional, karena setiap aktivitas investasinya memicu rantai efek ekonomi yang tercermin dalam komponen-komponen pembentuk PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto).
Bram juga menyampaikan keselarasan dengan kebijakan nasional baik dari Visi RPJMN 2025-2029 maupun Asta Cita mengenai capaian pertumbuhan ekonomi yang dalam peningkatannya salah satu membutuhkan target realisasi Investasi Penanaman Modal Asing (PMA) & Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang dapat dicapai melalui adanya kawasan industri. Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berperan besar sebagai penggerak ekonomi makro Indonesia, salah satu yang menjadi prioritas adalah Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang.
Bram menjelaskan latar belakang terbentuknya KIT Batang. Momentum perang dagang AS-Tiongkok, yang memicu relokasi 33 perusahaan dari Tiongkok, ternyata tak satu pun dari mereka mampir ke Indonesia. Indonesia dianggap belum siap dan kalah saing. Dari kegagalan inilah, pemerintah menginisiasi Proyek Strategis Nasional (PSN) KIT Batang untuk merebut kembali momentum investasi tersebut. Kawasan yang dipasarkan sebagai “Industropolis Batang SEZ” itu telah resmi menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) per Maret 2025 dan siap menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia.
Bram memaparkan bahwa visi KITB adalah menjadi “Kota Industri yang Cerdas, Terintegrasi, dan Berkelanjutan”. Hal tersebut bukan hanya sekadar jargon untuk pemasaran. Di atas lahan seluas 4.300 hektar, desainnya dibagi menjadi tiga klaster tematik:
• Klaster 1 (Kreasi): Fokus utama untuk industri dan industrial township (3.100 ha).
• Klaster 2 (Inovasi): Pusat inovasi dan township (800 ha).
• Klaster 3 (Rekreasi): Pusat rekreasi dan township (400 ha).
Untuk mewujudkan visi keberlanjutan, KIT Batang berpedoman pada prinsip SPACE, yaitu Sustainable (Berkelanjutan), Pioneer (Perintis), Adaptive (Adaptif), Collaborative (Kolaboratif), dan Efficient (Efisien). KIT Batang telah meraih sertifikasi GREENSHIP Neighborhood V.1 Platinum. Strategi KIT Batang berfokus pada Ekonomi Sirkular dan Zero Waste didukung rencana teknologi seperti Smart Metering, Air Pollution Monitoring, Smart Waste Management, hingga Water Reclamation Technology (pengolahan kembali air limbah).
Dalam pengembangan bisnisnya, KIT Batang menekankan pada konsep Growth and Lead, yang artinya KIT Batang ditujukan untuk mendorong “GROW”-th KITB & menjadi “LEAD”-ing kawasan industri Regional. KIT Batang memiliki visi “To be a Regional Champion by Creating Smart, Integrated, and Sustainable Industrial City for the Success of Indonesia’s Economic Growth”.
Namun, di balik capaian-capaian membanggakan yang ditorehkan oleh KIT Batang, dalam implementasi dan arahan ke depan, KIT Batang juga menghadapi beberapa tantangan dan juga peluang, baik dalam Perencanaan dan Konsep Kawasan, Pengelolaan Operasional dan Infrastruktur, Pengelolaan SDM dan Sosial Ekonomi, dan Dukungan Eksternal dan Pasar.
Angga Brahmana Sukma juga membuka sesi tanya jawab yang diikuti peserta dengan antusias mengenai perencanaan dan manajemen kawasan industri.
Kuliah tamu ini memberikan wawasan bagi peserta bahwa KIT Batang bukan sekadar proyek infrastruktur biasa, melainkan sebuah proyek strategis yang jika dikelola dengan bijak dapat memberikan manfaat yang begitu besar. Keberhasilan KIT Batang tidak hanya diukur dari nilai investasi, tetapi juga dari kemampuannya bertransformasi menjadi kota industri yang benar-benar berkelanjutan, baik secara lingkungan, ekonomi, maupun sosial.
Kuliah tamu ini relevan dengan beberapa SDGs di antaranya SDG 6 (Clean Water and Sanitation), SDG 8 (Decent Work and Economic Growth), SDG 9 (Industry, Innovation, and Infrastructure), SDG 11 (Sustainable Cities and Communities), dan SDG 12 (Responsible Consumption and Production)





